MANAJEMEN INFEKSI,

TIPE MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: BakteriBakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya. VirusVirus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi. Fungi Fungi terdiri dari ragi dan jamur Parasit Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
TIPE INFEKSI KolonisasiMerupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan patogen menyebabkan kerusakan jaringan. Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal. Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan kerusakan. Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan bulan sampai tahun)


RANTAI INFEKSIProses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
AGEN INFEKSIMicroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
RESERVOAR (sumber mikroorganisme)Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.
PORTAL OF EXIT (jalan keluar)Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.
CARA PENULARANKuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk ai, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang stau lalat.
PORTAL MASUKSebelum seseorang terinfeksama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA)Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
PROSES INFEKSIInfeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.Berbagai komponen dari sistem imun memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik, yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik maupun nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes. Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang terimunosupres.Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut: Periode inkubasiInterval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari Tahap prodromalInterval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain. Tahap sakitKlien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi. Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva. PemulihanInterval saat munculnya gejala akut infeksi 
PERTAHANAN TERHADAP INFEKSITubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh yang tinggal di dalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa patogen. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius. Flora normal, sistem pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan nonspesifik yang melindungi terhadap mikroorganisme. Flora normalSecara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan dan di dalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal. Manusia secara normal mengekskresi setiap hari trilyunan mikroba melalui usus. Flora normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi justru turut berperan dalam memelihara kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme penyebab penyakit unuk mendapatkan makanan. Flora normal juga mengekskresi substansi antibakteri dalam dinding usus. Flora normal kulit menggunakan tindakan protektif dengan meghambat multiplikasi organisme yang menempel di kulit. Flora normal dalam jumlah banyak mempertahankan keseimbangan yang sensitif dengan mikroorganisme lain untuk mencegah infeksi. Setiap faktor yang mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin berisiko mendapat penyakit infeksi. Pertahanan sistem tubuhSejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan unik terhadap mikroorganisme. Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal sangat mudah dimasuki oleh mikroorganisme. Organisme patogen dengan mudah menempel pada permukaan kulit, diinhalasi melalui pernafasan atau dicerna melalui makanan. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya. Berikut ini adalah mekanisme pertahankan normal terhadap infeksi: No Mekanisme pertahanan
Faktor pengganggu pertahanan
1. Kulit : a. Permukaan, lapisan yang utuh b. Pergantian lapisan kulit paling luar c. Sebum Luka abrasi, luka pungsi, daerah maserasiMandi tidak teraturMandi berlebihan
2. Mulut ;a. Lapisan mukosa yang utuhb. Saliva Laserasi, trauma, cabut gigiHigiene oral yang tidak baik, dehidrasi
3. Saluran pernafasana. Lapisan silia di jalan nafas bagian atas diselimuti oleh mukus b. Makrofag Merokok, karbondioksida & oksigen konsentrasi tinggi, kurang lembab, air dinginMerokok
4. Saluran urinariusa. Tindakan pembilasan dari aliran urine b. Lapisan epitel yang utuh Obstruksi aliran normal karena pemasangan kateter, menahan kencing, obstruksi karena pertumbuhan tumor.Memasukkan kateter urine, pergerakan kontinyu dari kateter dalam uretra.
5. Saluran gastrointestinala. Keasaman sekresi gasterb. Peristaltik yang cepat dalam usus kecil Pemberian antasidaMelambatnya motilitas karena pengaruh fekal atau obstruksi karena massa
6. Vagina a. Pada puberitas, flora normal menyebabkan sekresi vagina untuk mencapai pH yang rendah Antibiotik dan kontrasepsi oral mengganggu flora normal
Inflamasi Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cidera. Proses ini menetralisasi dan mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan jaringa tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri/nyeri tekan, dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe.Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau mikroorganisme. Respon inflamasi termasuk hal berikut ini:a. respon seluler dan vaskulerArteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang cidera berdilatasi, memungkinkan lebih banyak darah masuk dala sirkulasi. Peningkatan darah tersebut menyebabkan kemerahan pada inflamasi. Gejala hangat lokal dihasilkan dari volume darah yang meningkat pada area yang inflamasi. Cidera menyebabkan nekrosis jaringan dan akibatnya tubuh mengeluarkan histamin, bradikinin, prostaglandin dan serotonin. Mediator kimiawi tersebut meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil. Cairan, protein dan sel memasuki ruang interstisial, akibatnya muncul edema lokal. Tanda lain inflamasi adalah nyeri. Pembengkakan jaringan yang terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung syaraf yang mengakibatkan nyeri. Substansi kimia seperti histamin menstimuli ujung syaraf. Sebagai akibat dari terjadinya perubahan fisiologis dari inflamasi, bagian tubuh yang terkena biasanya mengalami kehilangan fungsi sementara dan akan kembali normal setelah inflamasi berkurang.b. pembentukan eksudat inflamasi akumulasi cairan dan jaringan mati serta SDP membentuk eksudat pada daerah inflamasi. Eksudat dapat berupa serosa (jernih seperti plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah) atau purulen (mengandung SDP dan bakteri). Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi untuk mencegah penyebaran.c. perbaikan jaringanSel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel baru mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya Respon imunSaat mikroorganisme masuk dalam tubuh, pertama kali akan diserang oleh monosit. Sisa mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun. Materi asing yang tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respon yang mengubah susunan biologis tubuh. Setelah antigen masuk dala tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan memulai imunitas seluler atau humural. 1. Imunitas selularAda kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T memainkan peran utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada membran permukaan limfosit CD4T. Bila antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka akan terjadi ikatan. Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berikatan dengan antigen dan melepaskan limfokin. Limfokin menarik & menstimulasi makrofag untuk menyerang antigen2. Imunitas humoralStimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa imunoglobulin/antibodi yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B memori akan terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu antigen. Sel B mensintesis antibodi dalam jumlah besar untuk mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori untuk mempersiapkan tubuh menghadapi invasi antigen.3. AntibodiMerupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi imunoglobulin A, M, D, E, G. Imunoglobulin M dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen, sedangkan IgG menandakan infeksi yang terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar melakukan imunisasi.4. KomplemenMerupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah. Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan, maka akan terjadi serangkaian proses katalitik.5. InterferonPada saat tertentu diinvasi oleh virus. Interferon akan mengganggu kemampuan virus dalam bermultiplikasi.
Infeksi NosokomialNosokomial berasal dari kata Yunani nosocomium, yang berarti rumah sakit. Maka, kata nosokomial artinya "yang berasal dari rumah sakit" kata infeksi cukup jelas artinya, yaitu terkena hama penyakit.Menurut Patricia C Paren, pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama 48-72 jam klien menjadi terinfeksi Infeksi nosokomial bisa bersumber dari petugas kesehatan, pasien yang lain, alat dan bahan yang digunakan untuk pengobatan maupun dari lingkungan Rumah Sakit Unit perawatan intensif (UPI) merupakan area dalam RS yang berisiko tinggi terkena Inos. Alasan ruang UPI berisiko terjadi infeksi nosokomial:• Klien di ruang ini mempunyai penyakit kritis• Peralatan invasif lebih banyak digunakan di ruang ini• Prosedur invasif lebih banyak dilakukan• Seringkali prosedur pembedahan dilakukan di ruang ini karena kondisi darurat• Penggunaan antibiotik spektrum luas• Tuntutan tindakan yang cepat membuat perawat lupa melakukan tehnik aseptikInfeksi iatroigenik merupakan jenis inos yg diakibatkan oleh prosedur diagnostik (ex:infeksi pada traktus urinarius yg terjadi setelah insersi kateter). Inos dapat terjadi secara eksogen dan endogen. Infeksi eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan merupakan flora normal. Infeksi endogen terjadi bila sebagian dari flora normal klien berubah dan terjadi pertumbuhan yang berlebihan. Faktor yang berpengaruh pada kejadian infeksi klien:• Jumlah tenaga kesehatan yang kontak langsung dng pasien• Jenis dan jumlah prosedur invasif• Terapi yang diterima• Lamanya perawatanPenyebab infeksi nosokomial meliputi:Traktus urinarius: Pemasangan kateter urine Sistem drainase terbuka Kateter dan selang tdk tersambung Obstruksi pada drainase urine Tehnik mencuci tangan tidak tepatTraktus respiratorius: Peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi Tdk tepat penggunaan tehnik aseptif saat suction Pembuangan sekresi mukosa yg kurang tepat Tehnik mencuci tangan tidak tepatLuka bedah/traumatik: Persiapan kulit yg tdk tepat sblm pembedahan Tehnik mencuci tangan tidak tepat Tdk memperhatikan tehnik aseptif selama perawatan luka Menggunakan larutan antiseptik yg terkontaminasiAliran darah: Kontaminasi cairan intravena saat penggantian Memasukkan obat tambahan dalam cairan intravena Perawatan area insersi yg kurang tepat Jarum kateter yg terkontaminasi Tehnik mencuci tangan tidak tepat
Asepsis Asepsis berarti tidak adanya patogen penyebab penyakit. Tehnik aseptik adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme. Asepsis terdiri dari asepsis medis dan asepsis bedah. Asepsis medis dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan: mencuci tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk obat. Obyek dinyatakan terkontaminasi jika mengandung/diduga mengandung patogen. Asepsis bedah, disebut juga tehnik steril, merupakan prosedur untuk membunuh mikroorganisme. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan spora, tehnik ini digunakan untuk tindakan invasif. Obyek terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril. Prinsip-prinsip asepsis bedah adalah sebagai berikut: Segala alat yang digunakan harus steril Alat yang steril akan tidak steril jika tersentuh Alat yang steril harus ada pada area steril Alat yang steril akan tidak steril jika terpapar udara dalam waktu lama Alat yang steril dapat terkontaminasi oleh alat yang tidak steril Kulit tidak dapat disterilkan
Tehnik isolasiMerupakan cara yang dibuat untuk mencegah penyebaran infeksi atau mikroorganisme yang bersifat infeksius bagi kesehatan individu, klien dan pengunjung. Dua sistem isolasi yang utama adalah: Centers for disease control and prevention (CDC) precaution Body Subtance Isolation (BSI) SystemCDC meliputi prosedur untuk: Category-Specific Isolation precaution Disease-Specific Isolation Universal precaution
Category-Specific Isolation precaution meliputi:1. Strict isolation Untuk wabah dipteri pneumonia, varicella Untuk mencegah penyebaran lewat udara Perlu ruangan khusus, pintu harus dalam keadaan tertutup Setiap orang yang memasuli ruangan harus menggunakan gaun, cap dan sepatu yang direkomendasikan Harus menggunakan masker Harus menggunakan sarung tangan Perlu cuci tangan setiap kontak Menggunakan disposal2. Contact isolation Untuk infeksi pernafasan akut, influensa pada anak-anak, infeksi kulit, herpes simplex, rubela scabies Mencegah penyebaran infeksi dengan membatasi kontak Perlu ruangan khusus Harus menggunakan gaun jika ada cairan Harus menggunakan masker jika kontak dengan klien Memakai sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius Perlu cuci tangan setiap kontak Menggunakan disposal3. Respiratory isolation Untuk epiglotis, meningitis, pertusis, pneumonia dll Untuk mencegah penyebaran infeksi oleh tisu dan droplet pernapasan karena batuk, bersin, inhalasi Perlu ruangan khusus Tidak perlu gaun Harus memakai masker Tidak perlu menggunakan sarung tangan Perlu cuci tangan setiap kontak Menggunakan disposal4. Tuberculosis isolation Untuk TBC Untuk mencegah penyebaran acid fast bacilli Perlu ruangan khusus dengan tekanan negatif Perlu menggunakan gaun jika pakaian terkontaminasi Harus memakai masker Tidak perlu menggunakan sarung tangan Perlu cuci tangan setiap kontak Bersihkan disposal dan disinfektan meskipun jarang menyebabkan perpindahan penyakit5. Enteric precaution Untuk hepatitis A, gastroenteritis, demam tipoid, kolera, diare dengan penyebab infeksius, encepalitis, meningitis Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan feces Perlu runagn khusus jika kebersihan klien buruk Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi Tidak perlu masker Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius Perlu cuci tangan setiap kontak Menggunakan disposal6. Drainage/ secretion precaution Untuk drainasi lesi, abses, infeksi luka bakar, infeksi kulit, luka dekubitus, konjungtivis Mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung maupun tidak langsung dengan material tubuh Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien buruk Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi Tidak perlu masker Perlu sarung tangan jika menyentuh bahan-bahan infeksius Perlu cuci tangan setiap kontak Menggunakan disposal7. Blood/ body fluid precaution Untuk hepatitis b, sipilis, AIDS, malaria Mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung maupun tidak langsung dengan cairan tubuh Tidak perlu ruangan khusus kecuali kebersihan klien buruk Perlu gaun jika pakaian terkontaminasi Tidak perlu masker Perlu sarung tangan jiak menyentuh darah dan cairan tubuh Perlu cuci tangan setiap kontak Menggunakan disposal
Disease-Specific Isolation Untuk pencegahan penyakit specifik Contoh tuberkulosis paru Kamar khusus Gunakan masker Tidak perlu sarung tangan
Body Subtance Isolation (BSI) SystemTujuan Mencegah transmisi silang mikroorganisme Melindungi tenaga kesehatan dari mikroorganisme dari klienElemen BSI Cuci tangan Memakai sarung tangan bersih Menggunakan gaun, masker, cap, sepatu, kacamata Membuang semua alat invasif yg telah digunakan Tempat linen sebelum dicuci Tempatkan diposibel pada sebuah plastik Cuci dan sterilkan alat yang telah digunakan Tempatkan semua specimen pada plastik sebelum ditranport ke laboratorium
Pencegahan infeksi di rumah: Cuci tangan Jaga kebersihan kuku Gunakan alat-alat personal Cuci sayuran dan buah sebelum dimakan Cuci alat yang akan digunakan Letakkan alat-alat yang terinfeksi pada plastik Bersihkan seprei Cegah betuk, bersin, bernapas langsung dengan orang lain Perhatian pada tanda dan gejala infeksi Pertahankan intake 
Proses KeperawatanPengkajianPerawat mengkaji hal-hal dibawah ini:a. Status mekanisme pertahanan Pertahanan primer tidak adequat (kulit/mukosa rusak, jaringan trauma, obstruksi aliran limfe, gangguan peristaltik, penurunan mobilitas) Pertahanan sekunder tidak adequat (penurunan Hb, supresi SDP, supresi respon inflamasi, leukopenia)b. Kerentanan klien UsiaBayi mempunyai pertahanan yang lemah terhadap infeksi, lahir mempunyai antibody dari ibu, sedangkan system imunnya masih imatur. Seiring bertumbuhnya anak, sistem imun semakin matur, namun bayi masih rentan terhadap organisme penyebab demam, infeksi usus, dan penyakit infeksius lainnya (mumps dan campak). Dewasa awal sistem imun telah memberikan pertahanan pada bakteri yang menginvasi. Pada usia lanjut, karena fungsi dan organ tubuh mengalami penurunan, system imun juga mengalami perubahan. Status nutrisiPengurangan asupan protein dan dan nutrien lain seperti karbohidrat menyebabkan penurunan pertahanan tubuh. Perawat mengkaji asupan diet klien dan kemampuan klien untuk mengkonsumsi makanan (ada tidak gangguan dalam proses menelan maupun sistem pencernaannya). StressTubuh berespon terhadap stess emosi atau fisik melalui sindrom adaptasi umum. Jika stess terus berlangsung, kadar kortison yan tinggi menyebabkan daya tahan tubuh menurun. HereditasKelainan hereditas tertentu mengganggu pertahanan individu terhadap infeksi. Proses penyakitKlien yang sakit pada system imun berisiko terutama terhadap infeksi. Klien yang mengalami sakit komplek (komplikasi) lebih berisiko terhadap infeksi. Terapi medisBeberapa on klinisTanda dan gejala infeksi bisa berupa infeksi lokal maupun sistemik. Perawat perlu mengkaji tanda yang muncul pada klien.<�t dan terapi medis mempengaruhi system imun. Perawat perlu mengkaji obat yang dikonsumsi klien.

Penampila2Fdiv>
Data laboratoriumPerawat mengkaji hasil pemeriksaan laboratorium klien.
Diagnosa• Risiko infeksi b.d gangguan imunitas • Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan • Risiko cidera b.d gangguan imunitas • Kerusakan integritas kulit b.d gangguan Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kebiasaan diet yg buruk • Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan fungsi GI
Perencanaan Tujuan umum dari perawatan termasuk hal berikut: Pencegahan paparan terhadap organisme infeksius Memantau & menurunkan penyebaran infeksi Mempertahankan resistensi terhadap infeksi Klien & keluarga belajar tentang kontrol infeksi
Implementasi Pencegahan penyakit (menghancurkan reservoar infeksi, mengontrol portal keluar dan masuk, menghindari tindakan penularan, mencegah bakteri menemukan tempat untuk tumbuh) Tindakan perawatan akut (pemberian antibiotik yg tepat dan tindakan perawatan lainnya)
Kontrol agen infeksius: Pembersihan A
Kontrol reservoar Mandi sMembuang semua material asing seperti kotoran dan materi organic dari suatu obyek. Desinfeksi Merupakan proses memusnahkan bakteri, kecuali bagian spora SterilisasiPenghancuran dan pemusnahan seluruh mikroorganisme, termasuk spora.
cara teratur Mengganti balutan yang basah atau kotor Benda terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat Jarum terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat Luka bedah dirawat dengan benar Perawatan botol & kantong drainase Pertahankan larutan dalam botol
 Pengendalian penularan: Cuci tangan Menghindari penggunaan alat yg sama pada beberapa pasien Menghindari benda kotor menyentuh seragam perawat Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan sebelum mengunjungi klien Biasakan klien untuk cuci tangan
Kontrol terhadap portal masuk Mempertahankan integritas kulit & membran mukosa Kulit dijaga tetap lembab Pengaturan posisi Lakukan hygiene oral Hati-hati dlm merawat luka Hati-hati dalam membuang alat-alat medis sekali pakai
Perlindungan terhadap penjamu yang rentan: Tindakan isolasi Pertahankan status nutrisi Pertahankan personal hygiene Berikan dukungan sosial pd klien yg diisolasi Lingkungan protektif
Perlindungan terhadap pekerja:• Gown• Masker• Sarung tangan • Kacamata pelindung • Pengumpulan spesimen • Membungkus barang atau linen
Evaluasi Evaluasi tindakan/implementasi yang telah dilakukan, apabila tindakan belum bisa menyelesaikan masalah maka tindakan keperawatan diteruskan, bila masalah sudah teratasi, tindakan dihentikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar